Friday, December 19, 2014

BISNIS DUPA di tanah air

DAYU dengan DUPAnya

I. Berawal Dari Meniru.

Penduduk kota harus kreatif agar bisa memenuhi kebutuhan hidup, jika tidak kreatif maka akan menjadi pengangguran dan kaum miskin. Ini prinsip Dra. Ida Ayu Armapurnawati (44), sarjana pendidikan kelahiran Jembrana, yang tinggal di daerah Monang-Maning Denpasar. Dayu, demikian nama panggilannya, pernah mengalami krisis ekonomi dalam keluarganya. Penghasilan suami sebagai pedagang keliling barang konsumsi sehari-hari sangat pas-pasan. Kondisi ini mendorong Dayu untuk mencari solusi.

Dilihatnya ada salah satu barang yang dijual suaminya sangat laris, yaitu dupa. Dari inilah muncul ide membuat dupa untuk dijual oleh suami. Teknik membuat dupa pun didalaminya bersama suami sampai akhirnya bisa membuat dupa dengan kualitas yang mirip dengan produksi pabrik. Produk hasil meniru ini ternyata laku. Dari peristiwa tahun 2002 itu, Dayu yakin usaha ini akan maju karena dupa sudah menjadi kebutuhan masyarakat.

II. Mengembangkan Usaha

Mengelola usaha ternyata sangat rumit, oleh karena itu Dayu ingin meningkatkan kemampuannya berwirausaha. Tahun 2007 Dayu mengikuti kegiatan Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional (TKPMP) Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Bali. Kegiatan ini mendidik pesertanya agar mampu berwirausaha.

Untuk mengembangkan usaha yang telah dirintis oleh Dayu bersama suaminya, pemerintah saat itu memberi bantuan sarana usaha senilai Rp. 2,5 juta. Usaha dupa ini mulai meningkat secara bertahap, baik jumlah produksi, omzet maupun daerah pemasarannya. Sang suami pun berhenti berdagang keliling agar lebih serius berbisnis dupa. Perjuangan mereka tidak sia-sia. Dupa bermerek ”Cahaya Dewata” saat ini telah merambah Bali, Lombok, Sulawesi dan Lampung.

Usaha rumah tangga yang tergolong usaha sektor informal ini menyerap tenaga kerja dari tetangga sekitarnya yang memerlukan pekerjaan atau penghasilan tambahan. Sekitar 10 orang tetangga bekerja membungkus dupa ini dengan upah Rp. 300,-/bungkus. Produksi perusahaan mikro ini sekitar 500 bungkus/hari. Pekerja boleh membungkus dupa di rumah sendiri atau di rumah Dayu. Pembungkusan dupa di rumah Dayu hanya berlangsung di sore hari, karena pagi hari digunakan untuk mencelup dupa dengan aroma dan warna tertentu. Dayu membayar upah pembungkusan sekitar Rp. 4 juta/bulan.

Pada mulanya Dayu membuat dupa dari proses awal, mulai dari menyiapkan tangkai dupa (stick), mencampur bahan baku, dan seterusnya. Proses ini ternyata tidak ekonomis dan mengganggu kebersihan/kesehatan lingkungan karena Dayu tinggal di lingkungan padat penduduk. Strategi produksi lalu diubah dengan membeli dupa setengah jadi, baik produksi luar negeri (Cina atau Taiwan) maupun dalam negeri (Jawa Timur dan Bali).

Proses produksi dimulai dari pencelupan dupa dengan aroma tertentu, pengeringan, pembungkusan dan pemasaran. Jenis aroma dupa yang diproduksi antara lain aroma tulip, lotus, jempiring, jasmin (melati), pudak, jepun, musk, cempaka, cendana, madu, dan kresna. Dari berbagai aroma tersebut, dupa beraroma lotus (teratai) yang paling laris.

Dayu menyadari bahwa kesuksesan suatu usaha sangat ditentukan oleh aspek pemasaran. Oleh karena itu, pengusaha mikro alumnus TKPMP ini berupaya membina tenaga pemasarannya, baik yang di Denpasar maupun di daerah lainnya. Di Denpasar, Dayu memiliki dua orang pegawai tetap sebagai tenaga pemasaran yang dinilainya sudah andal. Beberapa orang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil di Kota Denpasar juga ikut memasarkan dupa ini, tentu dengan sistim imbalan tertentu. Di daerah Bali, sekitar 20 orang terlibat memasarkan dupa ini.

Untuk menambah gairah kerja para tenaga pemasaran ini, mereka dibolehkan menjual dupa sedikit di atas harga yang ditentukan oleh Dayu. Dari berbagai daerah pemasaran, Kabupaten Buleleng dan Jembrana merupakan daerah yang paling banyak memesan. Omzet untuk dua kabupaten ini mencapai Rp. 15 juta per bulan, sedangkan daerah lainnya hanya sekitar Rp. 4 juta. Mengenai permodalan, pengusaha mikro ini mengandalkan kredit usaha dari Bank Rakyat Indonesia. Penggunaan kredit ini tentu sudah dipertimbangkan secara matang.


III. Masalah Itu Ibarat Pupuk.

Dayu optimis usahanya akan berkembang dengan baik, walaupun permasalahan bisnis selalu terjadi. Persaingan bisnis dupa cukup ketat karena perusahaan dupa sangat banyak. Oleh karena itu, Dayu pun menjaga kualitas produknya dengan baik. Dia menyadari bahwa menjaga kualitas produk merupakan hal yang sangat penting dalam berbisnis. Jika konsumen kecewa dengan kualitas produknya, maka kerugian pasti terjadi. Berita tentang jeleknya kualitas suatu barang sangat cepat menyebar.

Tertipu atau dikecewakan oleh konsumen atau pelanggan, bahkan oleh pegawai sendiri pun pernah dialaminya. Suatu ketika, pegawai yang dipercayainya memegang resep rahasia ramuan dupa tiba-tiba minta berhenti dan akhirnya ketahuan yang bersangkutan mendirikan usaha dupa sendiri. Tetapi kejadian itu tidak menyurutkan semangatnya berwirausaha. Supaya tidak terlalu kecewa, dia menganggap kejadian itu sebagai pupuk yang akan membuat usahanya semakin subur. Berbagai masalah yang dialaminya itu menjadikan Dayu semakin matang dalam berwirausaha. Teknik pemasaran semakin disempurnakan dan resep pencelupan dupa dijaga ketat.

Pengusaha mikro ini telah berupaya agar harmonis dengan lingkungannya. Di samping menyerap tenaga kerja dari lingkungan, Dayu selalu menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan seperti yang disarankan oleh pembinanya. Sampah memang tidak banyak karena usaha ini tidak membuat dupa dari proses awal, melainkan hanya mencelup dengan aroma tertentu.

IV. Prospek Usaha

Dayu meyakini prospek usaha dupa ini akan tetap cerah di masa depan. Untuk itu, dia rajin mengamati perkembangan model dupa supaya bisa mengikuti selera pasar. Berbagai bentuk dupa mulai dari yang pendek kecil hingga yang besar panjang telah disediakannya. Dayu pun menjaga kontinuitas ketersediaan bahan baku demi kestabilan harga jual dan tingkat keuntungan. Hal ini sangat penting diperhatikan oleh pengusaha mikro mengingat ketatnya persaingan dan terjadinya fluktuasi harga.

Untuk pengembangan usaha, Dayu sedang berupaya mencari tempat usaha yang lebih luas. Hal ini masih terkendala oleh terbatasnya kemampuan berinvestasi. Dayu ingin menjadi pengusaha besar dengan banyak tenaga kerja agar pengangguran makin berkurang. Oleh karena itu, pemerintah diharapkannya tetap membina usahanya.

No comments:

Post a Comment